5 Keresahan Anak Pertama, Faktanya

5 Keresahan Anak Pertama, Faktanya



Menurut beberapa sumber Quisoner dan dari ilmu sosial dan budaya bahwa anak pertama cenderung memiliki keresahan. Anak pertama memiliki tugas dan beban tanggung jawab yang tinggi akan adik-adiknya serta keluarga. Keresahan inilah yang kadang dianggap enteng oleh sebagian masyarakat awam khususnya keluarga statis sebab anak pertama dianggap paling bisa diandalkan. Justru yang dirasakan oleh anak pertama adalah keresahan dan beban tanggung jawab mereka yang harus serba bisa dalam melakukan apapun. Terkadang anak pertama justru belajar sendiri tanpa ada yang memberitahu apakah itu salah atau benar, justru ini yang membuat anak pertama terlihat lebih dewasa dari pada umur aslinya.

Berikut beberapa keresahan anak pertama yang sangat sering di keluhkan

1. Serba salah

Anak pertama atau biasa di sebut anak sulung memiliki tanggung jawab yang besar, dimana dia adalah panutan bagi adik-adiknya. jika kamu suka K-pop maka 80% adikmu juga akan suka K-pop. nah ini yang menjadikan anak pertama serba salah karena selalu di contoh oleh adiknya. Dimata orang tua yang statis bahwa kamu adalah contoh dari apapun, bahasa, gaya busana ataupun gerak gerik tubuhmu pun bisa ditiru. nah sebagian besar orang tua tidak menyadari bahwa pengaruh itu juga berasal dari orang tua, kebiasan atau didikan, bahkan pergaulan. Jadi yang di maksud disini bukan semua di bebankan kepada anak pertama yang serba disalahkan jika adiknya melakukan kesalahan. 

2. Diandalkan 

Diandalkan disini adalah sesuatu kata yang memiliki arti yang baik dimana kamu bisa apapun itu. Namun yang sering diresahkan adalah saat anak pertama selalu diandalkan dan anak kedua,ketiga merasa lalai bahkan merasa tidak memiliki tanggung jawab untuk membantu si anak sulung. Dan orang tua yang statis akan sangat mengandalkan si anak sulung sampai-sampai dia tidak percaya kepada si anak kedua ataupun anak ketiga untuk tugas apapun itu, entah tugas rumah ataupun belanja bulanan. Hal ini sungguh meresahkan seakan anak pertama tidak boleh jauh dikarenakan dapat diandalkan dari yang lain.

3. Tuntutan

Anak pertama di berikan tuntutan untuk serba bisa dan dewasa sebelum waktunya. Hal ini menjadikan dia tegar namun tak ada sandaran. Jika memiliki orang tua yang bisa di ajak bicara bersyukurlah. Jika tidak bisa? maka siapa yang akan mendengarkan dia bicara dan menerjemahkan semua tuntutan itu. Hal lain biasanya dia akan mencari pasangan dan menjadi terbuka dengan orang lain. Kalau hubungannya tidak berjalan lancar? lantas siapa lagi sandaran yang ia maksud. Anak pertama pasti akan berfikir beribu-ribu kali untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain, teman ataupun kekasihnya seendiri.

4. Mandiri

Sudah dari jamannya anak sulung atau anak pertama selalu mandiri. Bahkan dia jika mempunyai masalah harus di selesaikan sendiri juga. Anak pertama sudah terbiasa melakukan sesuatu tanpa bantuan. mungkin ada beberapa, namun anak pertama kebanyakan dia berusaha sendiri entah itu gagal, kalah ataupun diluar rencananya ia akan memikirkannya sendiri. Pemikir keras dan overthinking mungkin itu hal yang diraskan ketika tidak ada siapapun yang bisa di percaya untuk diajak berdiskusi. 

5. Muka Dua

Muka dua disini bukanlah hal yang buruk melainkan si anak pertama pintar menyembunyikan perasaannya. Ketika diluar bersama teman- temannya dia akan merasa senang. Ketika dia berada dirumah dengan segala tuntutan dan problem yang ada dia menjadi seorang yang pendiam, apa adanya dan bahkan secara tidak sadar hal itu berdampak pada kesehatan mentalnya.

Semua hal ini tentunya akan berimbang positif jika keluarganya ikut andil menghibur dan memberikan solusi yang baik bagi anak- anaknya. tidak membedakan anak pertama, kedua ataupun ketiga bagilah tanggung jawab yang rata. Agar tidak bergantung pada satu orang. Jika si anak pertama terus diinginkan oleh orang tua menjadi yang terdekat maka jangan salahkan dia kalau dia akan sedikit lambat oleh anak remaja seusianya

Mengapa ? karena setiap saat kau membutuhkannya, memberinya tanggung jawab, memaksakan dia mengerjakan sesuatu yang menyita waktunya belajar, bermain, atau bahkan mengerti dunia luar yang dimana para orang tua juga tidak paham apa itu dunia luar. Jadi ketika dia mengintip suatu kebebasan sedikit saja, maka secara otomatis dia akan lepas dan tidak ingin kembali lagi. Dia mempunyai Ideology sendiri, Arti kebebasan sendiri. Jika sudah seperti itu. siapa yang patut disalahkan? Tentunya "Sikap yang diambil" bukan orang tuanya. Jadilah orang tua yang Dinamis bukan yang Statis. Karena sekarang adalah Jama Milenial yang memungkinkan anak lebih pandai dari orang tua. thankyou, anyeoong.. bye bye..





Komentar